Sabtu, Mei 31, 2008

Renungan

Renungan dari Rumi:

“Di hadapan Keagungan-Nya, awasi hatimu baik-baik agar pikiranmu tidak membelenggumu. Dia melihat kesalahan, pendapat dan hasrat sejelas sehelai rambut di susu murni"

"Manusia sungguh2 mengabdi, dan berupaya keras ikhlas, mengharapkan pahala.
Ini sungguh dosa yang tersembunyi.
Perbuatan yang dianggap bersih oleh orang saleh ternyata kotor.”
----

Children Learn What They Live (Anak Belajar Dari Kehidupannya)

by Dorothy Law Nolte

"If children live with criticism, they learn to condemn
(Bila anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk)
If children live with hostility, they learn to fight
(Bila anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan)
If children live with fear, they learn to be apprehensive
(Bila anak hidup dengan ketakutan, mereka belajar untuk khawatir)
If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves
(Bila anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar membelaskasihani diri sendiri)
If children live with ridicule, they learn to feel shy
(Bila anak hidup dengan ejekan, mereka belajar menjadi pemalu)
If children live with jealousy, they learn to feel envy
(Bila anak hidup dengan iri hati, mereka belajar menjadi pendengki)
If children live with shame, they learn to feel guilty
(Bila anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah)
If children live with encouragement, they learn confidence
(Bila anak hidup dengan dukungan, mereka belajar untuk percaya diri)
If children live with tolerance, they learn patience
(Bila anak hidup dengan toleransi, mereka belajar menjadi sabar)
If children live with praise, they learn appreciation
(Bila anak hidup dengan pujian, mereka belajar untuk menghargai)
If children live with acceptance, they learn to love
(Bila anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk mencintai)
If children live with approval, they learn to like themselves
Bila anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar untuk menyukai dirinya sendiri)
If children live with sharing, they learn generosity
(Bila anak hidup dengan berbagi, mereka belajar menjadi murah hati)
If children live with honesty, they learn truthfulness
(Bila anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar tentang kebenaran)
If children live with fairness, they learn justice
(Bila anak hidup dengan keadilan, mereka belajar menjadi adil)
If children live with kindness and consideration, they learn respect
(Bila anak hidup dengan kebaikan hati dan perhatian, mereka belajar menghargai)
If children live with security, they learn to have faith in themselves
(Bila anak hidup dengan rasa aman, mereka belajar untuk mempunyai keyakinan)
If children live with friendliness, they learn the world is a nice place in which to live
(Bila anak hidup dengan rasa persahabatan, mereka belajar menemukan cinta dalam kehidupan)"
-----

Minggu, Mei 25, 2008

Bangkit

by: Deddy Mizwar

Bangkit Itu… Susah
Susah melihat orang lain susah
Senang melihat orang lain senang

Bangkit itu… Takut

Takut Korupsi
Takut makan yang bukan haknya

Bangkit Itu… Mencuri
Mencuri perhatian dunia dengan Prestasi

Bangkit itu… Marah
Marah bila martabat bangsa dilecehkan

Bangkit itu… Malu
Malu jadi benalu
Malu karena minta melulu

Bangkit itu… Tidak Ada
Tidak ada kata menyerah
Tidak ada kata putus asa

Bangkit itu… Aku
Aku…untuk Indonesiaku

Puisi di atas dibacakan oleh aktor & sineas favoritku Deddy Mizwar dalam satu iklan layanan masyarakat Kebangkitan Nasional ke 100 tahun ini. Puisi yang mengingatkan kita akan nilai2 dan sikap2 yang tidak tercermin dalam potret bangsa kita akhir2 ini. Puisi yang mengingatkan kita akan nilai2 & sikap2 untuk seluruh lapisan bangsa kita, yang ada di atas (yang kaya, yang menjadi pejabat) dan yang ada di bawah (yang mengaku miskin).

Sabtu, Mei 24, 2008

Kenaikan BBM......(The Looser vs The Winner)

The looser says..."Its possible, but its difficult!"
The winner says..."Its difficult, but its possible!"


Aku nangkep banget perbedaan 'makna' dari kedua kalimat di atas. Kalimat yg aku dapet 10 tahun lalu dari salah seorang senior sewaktu kuliah dulu ketika beliau memberi materi ttg keprofesian, dan sampe sekarang kalimat2 ini jg sering kuforward utk adik2, ponakan, dan siapapun.

Saat ini pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM untuk kesekian kalinya, karena kenaikan harga minyak mentah dunia yang telah mencapai hampir USD130 per barrel, dan membuat pemerintah tidak memiliki pilihan lain selain mengurangi subsidi BBM. Sebelum kenaikan harga BBM direalisasikan, hampir semua TV dan media cetak sudah menampilkan berita2 penolakan yang datang dari berbagai pihak baik masyarakat, mahasiswa sampai dengan tokoh2 politik. Potret kemiskinan juga ditampilkan di mana-mana. Masyarakat miskin yang mengantri minyak tanah, mengantri premium, mengantri BLT (tidak hanya mengantri namun juga ricuh berebut untuk mengaku sebagai yang berhak menerima bantuan, menghabiskan banyak energi utk menyalahkan pihak lain) dll. Namun sekali lagi pemerintah mengatakan tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan perekonomian bangsa.

Sedih juga melihat potret2 yang ada skrg. Bukan hanya karena merasa ketidak berpihakan pemerintah kepada masyarakat kecil, masyarakat miskin. Namun lebih kepada sedih dengan kondisi bangsa, kondisi mental bangsa kita. Banyak pihak yang memanfaatkan situsi ini utk mengambil keuntungan pribadi. BBM belum naik, namun sudah menimbulkan kepanikan karena BBM banyak yang ditimbun, sehingga mengakibatkan banyak harga barang sudah terikut naik. Dan hal inilah yang sebenarnya menimbulkan ketidakstabilan kondisi.
Bukan tidak berempati dengan mayoritas masyarakat kita yang telah menjerit2 akibat efek kenaikan harga ini. Karena akupun dan sebagian besar keluargaku ada di dalam mayoritas kelompok itu. Aku bahkan tidak memiliki sepeda motor apalagi mobil. Namun bukan kemudian itu menjadikan kita menyerah pada kondisi yang ada. Bukankah hidup ini memang ujian? Bukan hanya bagi yang kekurangan, namun juga bagi yang hidup berkecukupuan ataupun berkelebihan.

Aku yakin kalau pemerintah juga bertaruh banyak hal utk pilihan ini. Dan aku yakin kita semua akan bisa melewati ini semua. Keyakinan dalam setiap kesulitan akan ada kemudahan. Keyakinan bahwa Allah tidak akan melewatkan sedikitpun usaha dan perjuangan kita. Keyakinan bahwa Allah tidak menyukai kita yang berputus asa. Keyakinan bahwa Allah sangat tidak menyukai kita yang tidak bersyukur, bersyukur atas setiap rezeki dan setiap ujian. Keyakinan bahwa Allah mengharapkan kita untuk selalu yakin kepadaNya, kepada janji2Nya.

Dan inilah saatnya kita bersikap, ingin menjadi the looser atau the winner, seperti pilihan di atas!

Selasa, Mei 20, 2008

The Spirit Carries On

by: Dream Theatre

Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?

They say, "Life is too short,"
"The here and the now"
And "You're only given one shot"
But could there be more,
Have I lived before,
Or could this be all that we've got?

If I die tomorrow
I'd be all right
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on

I used to be frightened of dying
I used to think death was the end
But that was before
I'm not scared anymore
I know that my soul will transcend

I may never find all the answers
I may never understand why
I may never prove
What I know to be true
But I know that I still have to try

If I die tomorrow
I'd be allright
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on

[Victoria:]
"Move on, be brave
Don't weep at my grave
Because I am no longer here
But please never let
Your memory of me disappear"

[Nicholas:]
Safe in the light that surrounds me
Free of the fear and the pain
My questioning mind
Has helped me to find
The meaning in my life again
Victoria's real
I finally feel
At peace with the girl in my dreams
And now that I'm here
It's perfectly clear
I found out what all of this means

If I die tomorrow
I'd be allright
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on


Sama dengan mereka, segenap hati dan akalku sudah sepakat kalau ada kehidupan itu nantinya, dan itulah kehidupan yang abadi. Yang harus dilakukan dalam kehidupan skrg cuma menyiapkan diri sebaik-baiknya, berusaha mencintaiNya untuk mendapatkan cintaNya, entah surga atau neraka yang akan kudapat, biarlah itu menjadi urusanNya.

(posting lagu ini karena baru az baca postingan di blog tetangga)

Sabtu, Mei 10, 2008

Tidak Berani Mengeluh....

Pagi tadi aku baru tiba di Jakarta dari Semarang, dan sebelumnya dari Surabaya, Sidoarjo, Malang dan Kediri. Aku sangat menikmati satu minggu ini, walau kemarin sempat tertinggal kereta 5 menit, sehingga harus menunggu jadwal 5 jam kemudian dan harus membeli tiket baru, namun semua tetap aku jalani dengan tertawa karena positifnya menjadikan aku bisa bertemu dengan teman kuliah yang sudah 5-6 tahun tidak bertemu, dan aku juga masih bisa menikmati nasi gudeg Semarang di Simpang Lima.

Sampai di Jakarta, tidak terasa capek karena langsung terbayar dengan excitement mendapatkan keponakan baru, kembar cewek semua, lucu2 namun masih di inkubator di RS karena masih terlalu kecil. Siangnya, keponakan yang satu menagih jalan2 plus ada ‘titipan’ untuk membeli sesuatu di ITC Cempaka Mas. Pulang sore, kaki baru terasa pegal. Namun setelah magrib aku masih harus ke stasiun Gambir untuk membeli tiket pulang esoknya, karena ini long wiken takut juga kalau kehabisan tiket.

Dan aku berangkat sebelum makan, walaupun sebenarnya perut sudah berasa lapar, bercampur capek dan mata mengantuk. Di jalan terkena macet. Alhamdulillah sampai di Gambir masih tersisa tiket. Aku langsung membayar tiket dan membayangkan pulang, lalu membeli pecel lele dengan sambal wijen kesukaanku lalu membayar tagihan perutku. Namun baru 20 meter dari loket, ban sepeda motor bocor, alamak. Tanya ke tukang ojek, diarahkan ke tukang tambal ban di dekat pintu masuk stasiun, tepat di bawah jalan layang stasiun. Kakakku menuntun motor, aku berjalan di belakangnya sambil sedikit meratapi perutku yang lapar plus mataku yang ngantuk plus kakiku yang pegal. Cukup jauh juga ternyata, namun ketemu juga setelah bberapa kali bertanya.

”Tambal ban? Di situ bang!”, mataku mengikuti telunjuk tukang parkir di pintu masuk stasiun yang langsung memberitahu karena melihat kami menuntun motor. Aku tidak menemukan tulisan ’TAMBAL BAN’ melainkan cuma mobil2 terparkir di parkir inap stasiun. ”Iya, di situ, masuk aja”, si tukang parkir berkata lagi melihat kami kebingungan. Kami terus saja sambil mengucap terima kasih, dan berhenti ketika ada orang di antara mobil2 yang terparkir dengan beberapa alat tambal sederhana.

Di sini gelap. Penerangan hanya dari stasiun. Si mas mencari posisi yang pas agar dia bisa menemukan lubang yang bocor dan bisa menambalnya. Kakiku digigit beberapa nyamuk sekaligus. Gatal sekali.

”Saya tidak menambal ban mas, tapi saya membantu orang, cari amal. Makanya gak pake tulisan2 atau plang. Tapi kalau di lingkungan stasiun semua sudah tahu tempat ini”. Itu yang terlontar dari mulut ’si penambal ban’ yang membantu kami malam itu. ”Mas, tinggal disini?”. ”Enggak, tapi kadang saya tidur disini, karena tugas saya menjaga parkiran ini, dan menyusun (mendorong) mobil2 di parkiran inap sini”.

Di ’rumahnya’ yang outdoor ini, kulihat ada rak kayu, terdiri atas 6 loker, dan aku melihat beberapa orang datang dan pergi menaruh dan mengambil sesuatu dari masing2 loker. Ada beberapa baju tergeletak beserta beberapa barang lain, dan ada sepeda juga di situ. Rumahnya beratap jalan layang stasiun gambir. Tiba2 aku mendengar obrolan dari balik mobil2 yang terparkir di belakangku. Penasaran aku bergeser dan kulihat ada 3 wanita dewasa (ibu2) dan beberapa anak2 sedang menggelar alas untuk tidur di sela2 mobil yang terparkir.
”Anaknya udah berapa mas?” aku bertanya. ”Saya belum menikah”. ”Ohh...” aku cukup heran karena menurutku wajahnya sudah menunjukkan umur 35-an. ”Saya baru 25 tahun ini”. ”Saya belum siap menikah. Takut keteteran. Saya juga masih membiayai ponakan di kampung di Purworejo. Kalau saya menikah nanti yang di kampung bingung”. Aku sempat berfikir salah satu dari anak2 yang akan tidur itu adalah anaknya, ternyata bukan.

Kakiku masih digigitin nyamuk, tapi aku tidak berani bereaksi seperti biasa terhadap mereka kali ini, karena aku mengingat anak2 dan ibu2 yang tidur di sela2 mobil itu apakah mereka juga sempat memakai lotion anti nyamuk, rasanya tidak, namun anak2 itu juga tidak mengeluh gatal.

Beberapa menit kemudian, ban sudah tertambal. Si mas tidak mematok harga untuk pertolongan yang dilakukannya. Kami siap untuk pulang. Aku tidak berani mengeluh lapar walaupun si cacing perutku sudah menjerit2 karena sudah terlambat beberapa jam. Aku tidak berani mengeluh kakiku gatal, karena membayangkan anak2 itu mungkin sudah digigit ratusan nyamuk saat ini. Aku tidak berani mengeluh capek, karena anak2 dan ibu2 itu mungkin sudah tidak sempat lagi merasakan capek dan gatal karena gigitan nyamuk karena memang sudah terlalu capek sehingga langsung tertidur di sela2 mobil yang terparkir. Aku tidak berani mengeluh karena nanti malam harus kepanasan karena AC di rumah sedang rusak, karena anak2 dan ibu2 itu bahkan tidur dengan dinding kendaraan2 yang terparkir dan atap jalan layang stasiun. Aku tidak berani mengeluh lagi malam ini.

Stasiun Gambir. 4 Mei 2008.

Naksir Perabot!


Di kelas bisnis kapal Windu Karsa Dwitya yang aku naiki dari Bakauheni-Merak kali ini, aku menemukan satu perabot yang bagus. Satu perabot multifungsi yang terdiri dari tempat sampah terpilah untuk 3 jenis sampah, tempat penyimpan tabung pemadam kebakaran, dan bagian atas dibuat untuk menaruh tanaman hias. Di bagian belakang, ada sofa dimana aku gunakan untuk istirahat ketika menghabiskan waktu penyebrangan selama lebih kurang 2,5 jam.

Kapal ini sebelumnya adalah milik negara Jepang (sstt…aku hanya menebak, karena seluruh petunjuk di dalam kapal di tulis dalam bahasa dan tulisan Jepang, dengan translate dalam bahasa Inggris di bawahnya). Dan aku tidak yakin kalau ada orang kita yang membeli dalam keadaan baru, itu makanya aku menduga sebelumnya ini adalah kapal milik Jepang. Selain dari tulisan2, interior dalam kapal ini juga bersih dan menarik. Dan tempat sampah ini adalah bagian yang aku paling tertarik.

Namun, ketika kulongok (baca: mengintip he2) bagian tempat sampahnya di dalamnya, aku membayangkan si desainer pasti akan sangat kecewa (atau malah marah2) jika dia tahu hasil desainnya tidak dimanfaatkan dengan baik disini. 3 bagian ruangan yang seyogyanya untuk menempatkan sampah terpilah, minimal utk 3 jenis sampah yang berbeda yaitu plastik, organik dan kertas (mungkin...), tapi di kapal di Indonesia ini tetap saja semua jenis sampah masuk di ketiga bagian tempat sampah itu!

di Pelabuhan

Pukul 8 malam di hari 24 April 2008, aku sampai di pelabuhan Bakauheni. Setiap kali sampai disini aku selalu menikmati pemandangan di luar bis yang sedang antri. Laut yang indah di waktu malam karena cahaya lampu2 pelabuhan seolah kontras dengan kerasnya hidup yang ditunjukkan oleh ’penghuni2’ pelabuhan ini. Pelabuhan yang tidak hanya diisi oleh kaum2 lelaki namun juga ibu2 yang menjajakan pop mie, air minum mineral dan kopi susu hangat satu persatu menyisir bis yang antri masuk ke kapal. Aku membayangkan mungkin salah satu dari ibu yang menjual pop mie ini memiliki 2 anak perempuan dan 1 laki-laki yang sekarang sedang menunggu di rumah. Mereka makan dengan lauk tempe goreng yang dibeli dari hasil keuntungan menjual pop mie yang masih harus dibagi dengan biaya untuk sekolah dan biaya kontrakan. Aku juga membayangkan kenapa si ibu harus sampai berjualan sampai malam2 di pelabuhan, jangan2 suaminya sudah meninggal, atau sedang sakit sehingga tidak bisa bekerja, atau jangan2 suaminya pergi meninggalkan dia dan anak2 untuk bersama wanita lain. Halah...aku malah mikir yang aneh2. Yang pasti, si ibu mencoba mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya, dengan cara yang baik memenuhi kebutuhan orang2 yang ’sedikit lapar’ dan ’ingin menghindari masuk angin’ dengan makan atau minum yang hangat2. Dan aku salah satu yang membutuhkannya.

Mengapa aku memilih 'menikmati' situasi ini, karena saat2 ini selalu mengingatkanku untuk selalu mengucap Alhamdulillah dan Istighfar dalam rangka syukurku atas segala apa yang Tuhan berikan, dan merefresh segenap semangat untuk berbuat lebih baik esok hari dan esoknya lagi!

Rabu, Mei 07, 2008

Usah Kau Lara Sendiri

by: Katon Bagaskaara & Ruth Sahanaya

Kulihat mendung menghalangi pancaran wajahmu
tak terbiasa kudapati terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
sekilas galau mata ingin berbagi cerita

Kudatang sahabat, bagi jiwa
saat batin merintih
usah kau lara sendiri
masih ada asa tersisa

Letakkanlah tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
Di depan sana cah'ya kecil tuk memandu
tak hilang arah kita berjalan menghadapinya

Sekali sempat kau mengeluh, kuatkah bertahan?
satu persatu jalinan kawan beranjak menjauh