Minggu, November 16, 2008

CuMi...

“Hahh kok km bisa menikah dg dia?”
“Aku jg gak tahu”, “semua udah terlanjur”, aku menjawab dg putus asa
“its impossible, gak mungkin, ini gak mungkin!!”
Aku melihatnya, laki2 yg sudah menjadi suamiku itu, aku sembunyikan mukaku. Aku sedih. Aku jg tidak paham apa yg terjadi.

Aku mulai menangis
“Demi Tuhan, aku tidak tahu yg terjadi. Kalian semua tahu, aku masih sangat2 mencintainya, walaupun itu semua tidak pasti buatku. Walaupun aku harus terluka. Walaupun aku tidak berdaya. Apa aku sudah lari? Aku tidak percaya kalau lariku sekalap ini. Kalian juga tahu aku masih bisa berfikir dg baik walaupun underpressure begini. Aku tidak mungkin mau menikah cuma utk lari dari semua masalahku, dari semua sakit hatiku, apalagi utk dendamku”

“Tidak, demi Tuhan aku tidak ridho org itu menyentuhku. Aku tidak tahu apa yg terjadi, aku tidak mau. Lebih baik aku sendiri terluka daripada harus jadi istrinya. Tidak, aku tidak mau. Tolong bantu aku batalkan ini semua”, aku terus menangis sambil berlari.

Aku terbangun dengan tergugu, di kamarku. Aku lihat jam, jam 03.02 wib. Alhamdulillah, ternyata ini semua CuMi…Cuma mimpi hehehe, walaupun jantungku msh belum berhenti berdegup kencang.

16 Nop 08
I luv u

Sabtu, November 08, 2008

Thanks to Preman

Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, hendaknya dengan lisannya; jika tidak mampu, hendaknya dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)

Ketika mengikuti salah satu sesi ESQ Training dan diingatkan lagi pada sabda Nabi di atas, entah kenapa memoriku langsung melayang pada kejadian yg kualami pd Februari 2006. Rekaman kejadiannya masih sangat jelas. Pagi itu aku berada didalam bis antarkota ukuran tanggung dari terminal Rajabasa Bandarlampung menuju ke Bandarjaya Lampung Tengah, untuk menghadiri akad nikah adik sepupuku (almarhumah). Aku bersama kakak, bulek dan ponakan yang semuanya perempuan. Masih di terminal, ada bbrp penumpang yang dinaikkan oleh calo, dengan tujuan ke daerah transmigrasi yang lbh jauh dari tujuanku, sepertinya mereka penumpang transitan dari Jawa dengan penampilan 'tidak tahu medan' sehingga selama ini menjadi sasaran empuk preman2. Setelah bis berjalan 5 menit, satu persatu ada 'pria2 (baca: preman2) yang naik hingga ada sekitar 7 atau 10 orang, aku tidak pasti, yang pasti bis menjadi penuh sekali. Pria2 itu mulai mengerubungi dan 'meminta' macam2 kepada penumpang2 itu. Mereka memaksa. Ponakan yg duduk disebelahku membisikiku, mereka mengancam dengan pisau. Aku langsung menginstruksikan pada ponakan utk pura2 tidak melihat. Aku deg2an, takut sekali saat itu. Aku tahu itu pembajakan, kriminal. Semua penumpang lain terdiam. Sopir diam. Kondektur diam. Semua memilih pura2 tidak tahu, sepertiku. Itu hanya berlangsung sekitar 15 menit, namun rasanya lamaaaa sekali. Setelah mereka turun, terdengar banyak tarikan nafas lega. Pertanyaan empati dan simpati langsung tertuju pada korban2, diakhiri dg kalimat klise andalan, 'Alhamdulillah masih selamat, tidak terluka', meskipun harta yang mereka bawa raib (sepertinya mereka juga tidak memiliki rekening bank sbg alternatif utk menyimpan uangnya, sehingga semua dibawa dalam bentuk cash).
Aku menyarankan utk lapor ke polisi, namun kata sopir & penumpang lain itu akan percuma, ngabisin waktu, itu sering sekali terjadi dan dilaporkan namun besoknya masih terjadi lagi, walaupun sebenarnya pelakunya ya itu2 saja. Pahit. Dalam hati, aku bertekad utk melakukan sesuatu utk hal ini, aku mo kirim sms pengaduan ke Kapolda atau surat pembaca setelah itu. Tapi ternyata aku lupa atau sengaja melupakan kejadian itu, entahlah.

Dan di training ESQ ini, tiba2 aku tersadar betapa naifnya aku selama ini. Giblik. Gimana bisa2nya selama ini aku merasa beriman, yach walopun cuma merasa sedikit lbh beriman dari 'preman2' itu. Aku juga yakin penumpang2 lain yang ada di dalam bis jg merasa telah beriman. Hampir semua bapak2 & ibu2 yang ada di situ, aku lihat menunjukkan beriman kuat Islam. Namun dengan kejadian hari itu, aku semakin sadar kalau imanku masih sangat jauh dari yang semestinya.
Preman2 itu menyadarkanku. Ternyata aku masih 'takut' kepada preman2 itu yg notabene sama2 mahluk-Nya. Aku takut mereka akan beralih mengambil milikku, aku takut dilukai, aku takut mati. Jadi aku memilih diam, kami semua terdiam melihat kemungkaran yg terjadi dekat sekali bahkan di depan mata kami sendiri. Boro2 memilih menggunakan tangan, menggunakan lidah kami utk mencegah kemungkaran terjadi saja kami takut. Kami hanya berteriak teriak di dalam hati. Ternyata, imanku hanya sebatas itu.

ESQ Training Bandar Lampung 2008

Catatan lamakoe…mba Is (2)

Masih inget, aku pernah cerita ttg mba Is? Dia berbicara ttg surga waktu itu. (Foto ini diambil akhir tahun 2007 lalu, dia masih tetap semangat menyulam TAPIS).
Jauh sebelum kami ngobrol ttg surga, lewat dia, 17 th lalu, aku tersadar ttg Kebesaran kuasa Allah yang tak tertandingi, Dia-lah yang Maha berencana dan Maha Memiliki Kuasa atas segala2nya.

Pertama kali berkenalan dengannya, di rumah orang tuaku. Aku masih 12 tahun, baru masuk SMP saat itu. Tubuhnya tidak sempurna, tangan dan kaki. Kedua tangan terlahir tanpa telapak tangan, satu sesiku, yg satu sepergelangan tangan. Begitupun kakinya, yang satu hanya selutut.
Saat itu aku berfikir, ‘apa yang dapat dilakukan dengan kondisi seperti itu? Jika jari2 tangan saja tidak punya, bagaimana dia melakukan sesuatu?’. Pertanyaan itu langsung terjawab ketika melihatnya belajar menyulam kain tenun tapis (tenun tradisional propinsi Lampung). Dia mampu memegang jarum, benang dan mampu menyulamnya. Aku cm terbengong2. Coba bayangkan gimana tanpa jari tangan bisa menyulam? Bagaimana memegang jarum yang sekecil itu? Bagaimana memasukkan benangnya? Dan akhirnya akupun ikut belajar. Aku malu.

Dan satu saat, aku silaturahmi ke rumahnya. Dia menyajikan teh panas, yang ternyata dia sendiri yg membuat dg sebelumnya merebus sendiri airnya. Dia juga yang menyapu rumahnya. Dia melakukan banyak hal sendiri, yang tidak terbayangkan olehku dapat dilakukannya sendiri.

Lagi2, dan semakin menyadarkanku kalau Allah memiliki segala macam rencana dan kuasa yang tak terbatas, yang tak terjangkau oleh akalku. Dia menciptakan keterbatasan, sekaligus memberikan jalan dan segala sesuatu ‘yang serba mungkin’ utknya, untuk kita semua.

Selasa, November 04, 2008

Burung gereja di halaman masjid



Arie : "Chai, itu burung gereja yach?"
Chai : "Klo gak salah iya"
Arie : "Wui, keren, lagi silaturahmi tuh"
Chai : (Bingung)
Arie : He2..
-------------------------------

Iseng...but meaningful. Salah satu cuplikan obrolan gak pentingku dg almarhum sahabatku Noprizal Chai (alumni Teknik Kimia UGM angkatan 1997, terakhir sbg staf dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung).
Foto aku ambil ba'da Ashar, di masjid agung kota Palembang September 2006.