Selasa, Juni 23, 2009

Peluk

by: Dewi Lestari feat Aqi Alexa

"... Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya."

Menahun, ku tunggu kata-kata
Yang merangkum semua
Dan kini ku harap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

Tiada yang tersembunyi
Tak perlu mengingkari
Rasa sakitmu
Rasa sakitku

Tiada lagi alasan
Inilah kejujuran
Pedih adanya
Namun ini jawabnya

Reff:
Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Sadari diriku pun kan sendiri
Di dini hari yang sepi
Tetapi apalah arti bersama, berdua
Namun semu semata

Tiada yang terobati
Di dalam peluk ini
Tapi rasakan semua
Sebelum kau kulepas selamanya

Tak juga ku paksakan
Setitik pengertian
Bahwa ini adanya
Cinta yang tak lagi sama

Back to Reff:

Dan kini ku berharap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

-------------

Dan pagi ini, di hadapanmu kuberharap kudimengerti, walau sekali saja pelukku...
what a hard feeling. i cant stand to hold any longer, karena kau tak layak didera...
i luv u...

Minggu, Juni 14, 2009

Tak Ada Gantinya

by: Ipank

Bagaimana ku bisa
Berpaling darimu
Sekian lama ku mencari
Separuh jiwaku

Ku mau menunggu
Tak pernah berhenti
Sampai suatu saat nanti
Kau kan menyadari

*
Ku ingin kau tahu
Takkan ada habisnya
Ku masih miliki cinta
Melebihi yang kau kira

Hanyalah senyummu
Yang menghapus rinduku
Telah lama tak ku jumpa
Menghilang dariku

Akan ku lakukan asal kau kembali
Ku tak sanggup sendiri lebih lama lagi

Back to *

**
Ku ingin kau tahu
Kau tetap dihatiku
Ada yang harus kau mengerti
Kau takkan ada gantinya

Yang aku inginkan hanyalah
Dirimu bersamaku selamanya
Bantu aku pergi dari sepi
Yang ku rasa menyakitkan

Back to *,**

Jumat, Februari 20, 2009

Para Ahli Kubur dari Jombang

Oleh : Emha Ainun Nadjib

Tulisan ini saya bikin dengan asumsi dasar bahwa para pembaca percaya ada Allah dengan kekuasaan-Nya. Di salah satu tayangan televisi, muncul seorang kiai dengan nasihat sangat bijak, kurang-lebih begini: "Jangan minta kepada Ponari, Ponari itu makhluk. Jangan minta kepada batu, batu itu makhluk. Jangan berlaku syirik sehingga menjadi manusia musyrik. Mintalah Khaliq, Allah Swt...."

Sangat pendek tapi cespleng. Media massa sangat mengerti kecerdasan masyarakat, sehingga cukup pendek saja. Setiap yang mendengarkan fatwa itu meneruskan sendiri dalam hati dengan logikanya: "Jangan minta kesembuhan kepada dokter, dokter itu makhluk. Jangan minta kepada pil dan obat-obatan, pil dan obat-obatan itu makhluk. Jangan berlaku syirik, sehingga menjadi manusia musyrik."

Ya Allah ya Rabbi ya Karim, wahai saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air. Kalau Nabi Musa pegang tongkat, bersama pasukannya dikejar tentara Firaun, mendapat perintah dari Allah, "Pukulkan tongkatmu ke air laut!" Lantas laut terbelah, pasukan memasuki belahannya, kemudian Firaun dan tentaranya mengejar ke belahan itu, namun tenggelam karena air menutup kembali, mohon dengan sangat jangan simpulkan bahwa yang dipegang Musa itu "tongkat sakti", sehingga Nabi Musa juga "Maha Dukun" yang sakti.

Mohon dengan sangat, jangan rumuskan bahwa tongkat Nabi Musa mampu membelah laut, mampu menerbitkan mata air dari batu kering, meskipun insya Allah bisa bikin pecah kepala kita. Apalagi lantas dengan metodologi ilmiah tertentu, para pakar meneliti tongkat itu mengandung zat dan energi apa sehingga air samudra terbelah olehnya. Kalau besok paginya Anda minta kepada Nabi Musa untuk membelah air laut lagi, percayalah air laut tak akan terbelah. Sebab, yang membuat laut terbelah bukanlah Musa atau tongkatnya, melainkan perintah atau perkenan Allah.

Lha Allah ini pemegang saham dan the only resources dari seluruh "alam semesta ini dengan segala ketentuan hukum dan perilakunya”. Hak absolut Allah untuk menyuruh orang membelah laut dengan tongkat atau dengan meludahinya. Kalau Musa pukulkan tongkat lagi ke laut tanpa perintah-Nya, dijamin tak terjadi apa-apa. Atau besoknya Tuhan suruh Musa "Berteriaklah keras-keras!", lantas tiba-tiba laut terbelah lagi ditambah gunung ambruk dan air sungai membalik arah arus airnya, itu sepenuhnya terserah-serah Tuhan.

Makhluk, juga dokter atau dukun, batasnya adalah mengobati atau menjadi sarana proses menuju kesembuhan. Tapi pengambil keputusan untuk sembuh atau hak dan kuasa untuk menyembuhkan ada pada Allah. Terserah Dia juga mau bikin sembuh orang sakit pakai cara bagaimana dan alat apa. Bisa tongkat, bisa batu, bisa air, bisa karena ditempeleng, bisa dengan apa pun saja semau-mau Tuhan. Yang diperintah oleh Tuhan untuk menjadi sarana penyembuhan terserah Dia juga. Mau kiai, pendeta, pastor, rabi, tukang sol sepatu, Ponijo, Rasul, Nabi, Markesot, atau siapa pun dan apa pun saja. Kalau Anda dan saya tidak setuju, Tuhan "tidak patheken" juga. Dia Maha Pemilik Saham segala sesuatu dalam kehidupan, Dia berhak ambil keputusan apa saja.

Kalau seorang suami pergi lama tugas ke kota yang jauh, sehingga bawa celana dalam istrinya, mohon jangan simpulkan bahwa dia penggemar celana dalam, kemudian Anda coba rebut celana dalam itu untuk Anda selidiki, bahwa dia mengandung zat-zat dan bebauan apa, sehingga seorang tokoh besar membawa-bawanya ke mana pun pergi. Kalau pas di kamar hotel sendirian suami itu mencium-ciumi celana dalam, mohon jangan dikonklusikan bahwa ternyata ia punya penyakit jiwa dan harus dibawa ke psikiater. Ya Allah ya Rabbi ya Karim, yang diciumi oleh suami itu bukan celana dalam, melainkan cintanya kepada sang istri dan komitmen kesetiaan di antara mereka.

Wahai saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, kalau saudara-saudaramu naik haji dan berebut mencium Hajar Aswad, itu bukan karena mereka stone-mania atau ngefans sama batu. Mereka sedang meneguhkan kesadaran bahwa mereka sangat butuh Allah dalam hidupnya, maka mereka mengukuhkan cinta kepada makhluk yang paling dicintai Allah, yakni Rasulullah Muhammad Saw. Dan karena dulu Muhammad juga mencium batu hitam itu, padahal jelas beliau tidak punya hobi makan batu, maka mereka menyatakan di hadapan Allah cinta mereka kepada Muhammad. Mudah-mudahan dengan itu mereka kecipratan cinta Allah kepada Muhammad, sehingga Allah memperlakukannya sebagai bagian dari yang paling Ia cintai.

Kabarnya Nabi Musa ketika memimpin pasukan kejaran Firaun itu mendadak sakit perut di tengah lari-lari. Musa mengeluh kepada Allah, dan Allah memerintahkan agar Musa naik bukit ambil daun dari sebatang pohon untuk menyembuhkan sakit perutnya. Musa naik dan, sebelum menyentuh daun, perutnya sudah sembuh. Tolong jangan ambil konklusi "Itu daun mujarab banget, belum disentuh, perut udah sembuh". Musa balik ke pasukannya, mendadak sakit perut lagi. Ia langsung naik ke bukit, tapi sesudah makan sekian lembar daun perutnya tak sembuh-sembuh juga. Musa protes kepada Allah. Dalam logika saya, Allah menjawab dengan penuh kegelian: "Hei, Sa. Emang siapa yang bilang bahwa daun bisa menyembuhkan perutmu? Meskipun daun itu mengandung unsur-unsur yang secara ilmiah memang rasional bisa menyembuhkan perutmu, Aku bisa bikin tetap tidak menyembuhkan. Tadi waktu sakit perut yang pertama kau mengeluh kepadaku, tapi pada yang kedua kau tak mengeluh dan langsung saja lari ke bukit ambil daun. Karena kamu salah cara berpikirmu. Salah pandangan ilmu dan cintamu kepada segala sesuatu. Kamu salah peradaban. Kamu pikir daun bisa menyembuhkan. Itu tergantung mau-Ku. Aku menyembuhkanmu bisa pakai daun, air putih, batu, lewat Gaza, Tursina, Jombang, atau mana pun semau-mau-Ku.... Berapa lama sebuah anugerah Kuberikan, itu rahasia-Ku, bisa sesaat, sebulan, setahun, terserah Aku."

"Datanglah ke dokter, minta obat, sebagaimana ratusan juta orang telah melakukannya. Datanglah ke kiai, bawa air putih. Atau datanglah ke mana pun kepada siapa pun. Asalkan kau tak posisikan mereka semua pada maqam-Ku. Engkau berlaku musyrik atau tidak, terletak tidak pada pil dan dokternya, tongkat dan Musa, air dan kiai, atau batu dan siapa pun yang kutitipi batu sejenak. Letak syirik ialah pada pola pandangmu, pada cara berpikirmu. Jangan percaya kepada Ponari, Dukun, Ponari atau Kiai, tapi hormatilah mereka, karena siapa tahu mereka adalah hamba-hamba-Ku yang Kutitipi sarana untuk kesembuhanmu. Minumlah pil dokter dan air batu Ponari dengan kesadaran memohon kepada-Ku...."

Tiba-tiba aku dibentak oleh sebuah suara: "Ngurusi Ponari aja nggak becus! Mau sok-sok berlagak mengurusi NKRI!" Terperangah aku. Terpaksa kupotong di sini tulisanku ini, sebab aslinya panjang sekali. Kucari siapa berani-berani membentakku. Tak ada siapa-siapa. Tapi malam di Kendari menjelang aku tidur kelelahan usai bersalaman dengan ribuan undangan pengantin anakku, bentakan itu datang lagi: "He! Perhatikan itu para ahli kubur dari Jombang!" Ahli kubur? Aku tak ngerti.

"Kemarin pandangan-pandangan dan anggapan-anggapan dalam hidupmu dikubur habis oleh mutilasi-mutilasi dari tangan seorang yang tersisih secara sosial, yang menderita secara kejiwaan, yang terasing secara politik dan sejarah. Sekarang kalian sedang dikubur oleh sebongkah batu yang nenek itu menyebutnya Watu Gludug, yang dititipkan beberapa waktu kepada anak SLB yang kesepian dan menderita tatkala dipindahkan ke SD. Pelajarilah hari-hari besok dengan meluangkan waktu memperhatikan siapa saja dari tempat itu yang tingkat ketersisihan dan keteraniayaannya lebih dahsyat...." Mendadak ada suara lain yang membungkam suara itu: "Husysy! Shut up!"

Opini Koran Tempo, 21 Februari 2009

Kamis, Februari 19, 2009

Rectoverso - Malaikat Juga Tahu

Rectoverso, kumpulan cerpen terbaru Dewi Lestari kali ini lbh unik dari yg sebelumnya. Unik karena cukup mahal (hiks). Tp cukup worthed karena ada 'sesuatu yg baru' yg ditawarkan. Packaging yg lain, sistem marketing yg lain, dan karena ada lagu yg mewakili isi setiap cerpen. Jujur aku tertarik juga karena lagu yg pertama dikeluarkan 'Malaikat Jg Tahu', dan ketika membaca cerpennya...aku menitikkan air mata. Aku teringat teman2ku...apakah hak mencintai ini juga yg selalu kalian pertanyakan di dalam hati? namun semoga setiap gelisah dan tanyaku akan selalu menguatkanku, untuk kalian:-)

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hariTak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri

reff:
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri.. Cintakulah yang sejati

back to reff

Kau selalu meminta tuk terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi..
Karna tak sanggup sendiri

back to reff

Muharram

‘Kita sudah sepakat dengan pihak keluarga suamimu kalian menikah bulan depan’
‘Tapi pakde, kami mau menikah sekarang. Tolong pakde yang sampaikan ini ke papa’
‘Ini bulan syuro’
‘Dalam Islam, tidak ada ketentuan ttg hal ini. Kalau selama ini ada kepercayaan aneh2, itu tidak ada dasarnya’
‘Tapi papamu dan mbah tidak setuju, takut nanti kenapa2’
‘Enggak pakde, kita yang harus buktikan kepada orang-orang kalau ini tidak apa apa,kita buktikan bahwa selama ini mereka mempercayai sesuatu yang salah’
‘Ya sudah, terserah kamu’

------
‘Halo…’
‘Adikmu kecelakaan ketika akan berangkat Liqo’, sekarang di puskesmas daerah A’
‘Kondisinya?’
‘Belum tahu, ini baru mau kesana’
------
‘Halo…’
‘Adikmu sudah berpulang, kata saksinya td langsung meninggal di tempat kejadian’
‘apaaaaaa??’

Aku kehilangan ragamu, tepat di hari ke-10 setelah hari pernikahanmu. Kumenangis, tergugu, tanpa bisa mataku kuajak kompromi. Seandainya aku sempat mengingatkanmu, akankah semua menjadi lain? Niatmu baik, lurus, saking lurusnya sampai menjadi kaku. Engkau tidak memperdulikan kesepakatan yang sudah dibuat oleh orang tua kita dengan orang tua suamimu. Engkau tidak hiraukan cinta mbah, orang tua, yang sangat menghawatirkanmu. Terlepas dari kepercayaan kebanyakan orang itu benar atau salah, namun kebenaran mutlak itu hanya milik-Nya, kita tidak berhak untuk mengklaim bahwa pendapat kita dengan ilmu kita yang seadanya, dengan keberadaan kita yang mgkn hanya sebesar debu per sejuta di mata-Nya, masih beranikah kita mengakui kitalah yang terbenar?
Engkau abaikan kekhawatiran mereka, sehingga dalam keterpaksaan mereka berkata ‘terserah kamu’. Aku takut engkau tidak mendapatkan doa yang tulus dari mereka. Aku takut mereka ‘gereget’ sehingga tanpa sengaja menyumpahimu.

Dik, aku masih gelisah. Aku masih takut sewaktu engkau mengatakan ‘kita yang harus buktikan kepada orang-orang kalau ini tidak apa-apa, kita buktikan bahwa selama ini mereka mempercayai sesuatu yang salah’, apakah engkau telah takabur?

-Doa & cinta kami selalu untukmu-

(catatan lamakoe, 2006)

Minggu, Januari 04, 2009

Istiqomah

Salah seorang teman bercerita kalau dia diberi wejangan oleh ayahnya tentang perjuangan memperjuangkan jodoh, ketika dia sempat mengeluhkan ttg hal ini.
Beliau mengatakan bahwa perjuangan temanku yg relatif juga berliku2 (seperti halnya diriku he2) itu belum ada apa2nya jika dibandingkan dg perjuangan sang ayah untuk menikahi sang ibu yang dicintainya dan alhamdulillah dapat berlangsung bahagia hingga sekarang.
Sang ayah bercerita, sang ibu menerima pinangannya setelah 3 kali menolak. Namun sang ayah tetap yakin dan terus berjuang meskipun telah ditolak sekali dan bahkan kedua kali. Perjuangan belum berhenti meski lamaran telah diterima. Keluarga besar sang ibu tidak ada yg merestui hubungan itu. Hingga akhirnya mereka menikah dengan wali hakim. Bahkan ancaman yg diterima dari keluarga sang ibu, jikalau nanti terlahir anak, maka sang anak tidak diijinkan untuk menginjakkan kaki dirumah keluarga sang ibu (temanku bercerita sambil tertawa, karena anak yg dilarang untuk menginjakkan kaki drumah keluarga sang ibu itu ternyata adalah dirinya, satu2nya karena dia adalah anak tunggal).
Kebencian itu berlangsung beberapa waktu.

Namun, saat ini pihak keluarga sang ibu sudah mengeluarkan pernyataan berbalik “Ibumu beruntung sekali memiliki suami seperti ayahmu”.
Subhanallah.

Dan kali ini aku mendapat hikmah dari perintah ISTIQOMAH. Sang ayah berjuang atas nama cinta yang diyakini adalah cinta yang bersumber dari-Nya, dengan penuh keyakinan dan tidak takut tantangan bahkan ketika dihadapkan dengan kegagalan di depan mata. Terus berjuaanngggggg!

Thx for SA, for sharing me this story at our 1st meet. Untuk saling menguatkan he2…Aku yakin, siapapun yg mengenalmu pati akan menyesal jika ‘melarangmu’ menginjakkan kaki dirumahnyaJ
Wish u all happiness with ur ‘finally u’ve found’ soulmate (wish he’s the one 4 u)!


Jogja, 31 Des 08 - Waroeng steak setelah maghrib