Senin, Oktober 04, 2010

Just To Be With You

by: Tompi

If I could paint this world
It will be so colorful
Everyday I spend my whole lifetime
Loving you
After all that I have
No where else could be
Other than with you babe
Just to be with you
In my heart, I'm so sure
You're the only one
I found it very hard
To stay away
I wanna be with you
I just wanna be with you
Just to be with you

Minggu, Oktober 03, 2010

Obrolan sore dg Bude ttg SEPEDA & OBAT

Aku memulai obrolan dg bude dan Udhi sambil menikmat sop ikan "patin" pedas yg lumayan mantap rasanya (siapa ya yg masak? he3...) dg pertanyaan "Kira2 dulu gimana ya pemerintah Bld men-setting org2nya utk bersepeda? apakah dg biaya transport yg mahal? atau seperti apa?", bude menjawab "Ya karena dari dulu org sini sadar bahwa bersepeda itu membuat sehat", lanjutku " Trus kenapa di negara kita tercinta semua itu mjd sulit dilakukan ya bude? padahal bersepeda disini penuh dg tantangan hujan sewaktu2, angin kencang dan dingin yg ampun2, belum lagi nanti kalo winter" dan blablabla...obrolan berlanjut dg hangat, sehangat sop ikan di mangkukku ^_^

Topik berikutnya dariku. "Skrg ttg obat bude". Di minggu pertama disini aku sakit mata yg membuatku gk keren sama sekali dan memaksaku utk ke dokter pd akhirnya (dsini dokter sdh ditentukan berdasarkan dg alamat kita tinggal, jd hari pertama adl mendaftar, kmudian buat appointment, n besoknya br bs ketemu dokter, telat 10 menit lewaattt, terpaksa hrs buat appointment lagi). Dan ketika esoknya bertemu dg bbrp rekan dr Indo pertanyaan yg sama dr mereka "Dikasih obat gak?", dalam hati berfikir "ya iyalah, pastinya wong ke dokter mosok gk dikasih obat". Ternyata disini dokter sangat2 'pelit' memberi obat, dlm arti mereka sulit sekali krn pertimbangan yg sgt detail utk memutuskan memberi obat atau tidak. Kalo dipertimbangkan masih bisa diperbaiki oleh tubuh kita dg istirahat, maka tdk akan diberi obat. So dokter disini memang pelit sekali dg obat. Oh ya tidak hanya sulit utk memberi obat namun jg utk bs lgsg ditangani dokter, so kalau tidak 'darurat' maka tdk akan lgsg ditangani, tp buat janji utk besok atau besoknya lagi. Beda bgt dong dg di negriku tercinta dimana kita gampang sekali utk mengunjungi dokter plus mendapat resep (yg terkadang sangat mahal) atau utk membeli obat sendiri di warung/apotik (bhkan utk obat yg ada tulisannya "HARUS DG RESEP DOKTER").

Rasanya utk org2 disini yg notabene negara maju hrsnya harga obat bukan masalah, tetapi mereka mempunyai regulasi yg amat sangat ketat utk melindungi 'tubuh-tubuh sehat agar tetap sehat' (ngiri rasanya melihat org2 tua msh ada yg bersepeda, n bnyk bgt kemana2 sendiri). Lah kita yg msh negara berkembang malah mjd konsumer hebat: konsumer kendaraan bermotor (yg notabene di negara produsennya mereka membatasi pemakaiannya, tp di kita dipermudah semudah mudahnya, jd ya laris manis), konsumer obat2an (yg notabene di negara2 maju sangat dibatasi krn tentu akan menjadi racun bagi tubuh jika tidak disesuaikan dg kebutuhan tubuh, n di kita malah kayak obral), haduuuh...
Udhi menyimpulkan: "di negri kita alasan bisnis sangat kuat..."

Dan komentar bude dg sangat lugas, to the point, tajam dan menusuk: "Lha wong pemerintah kita gak nggenah, gk mampu utk mengatur, dan parahnya org2nya juga sudah terlalu sulit utk diubah pola pikirnya".

Ya ya ya...dan tentu saja semua pertanyaan2 naifku itu akan terjawab dg jawaban "krn permasalahan di negri kita sudah sgt kompleks, sudah sistemik, dan akan sangat sulit sekali diperbaiki" . TITIK.

(kami menutup obrolan dg memutuskan utk menambah makan saja sampai titik nasi terakhir di rice cooker)