"Mba, apa yang akan masuk surga cuma orang-orang yang bisa mengaji?", tanyanya suatu saat.
"Emmm, mestinya enggak", jawabku sekenanya, "Emang kenapa?"
"Kalau emang surga cuma untuk yang bisa mengaji, sekali lagi Tuhan gak adil. Enak dong, anak-anak yang terlahir di lingkungan pesantren, atau keluarga kiai minimal. Dari lahir udah punya bakat masuk surga. Terus mereka menikah dengan keluarga pesantren yang lain juga. Berarti surga udah dikapling untuk mereka saja? Lah kalau kayak kita ini? Boro-boro belajar ngaji, nyari makan aja belum tentu dapet. Orang tua aja gak punya, sodara gak punya. Gak ada yang tanggung jawab ngajarin kami ngaji. Makanya kebanyakan dari kami ya jadi gelandangan atau preman seterusnya. Itu namanya dis...dis...nasi apa mba?"
"Diskriminasi maksud kamu?"
"Iya, pokoke gak adil kalo gitu"....kalimat ini mengaung-ngaung di telingaku
Aku teguk teh botolku dengan pelan. ……Apakah mungkin Tuhan Sang Maha segala-galanya, yang memiliki kuasa tak terbatas dan tak terjangkau oleh akal manusia, yang memiliki segala sifat kebaikan 99 Asmaul Husna, mungkinkah dapat melakukan kekeliruan atau ketidakadilan atau diskriminasi macam itu? Rasanya tidak. Bukan, bukan rasanya, tapi pasti tidak. Namun bagaimana penjelasannya, karena aku juga tidak tahu.
Surga...surga...aku sungguh tidak tahu harus menjelaskan seperti apa ttg hal ini pada dia, karena apa yang dikatakan olehnya memang logis. Logika yang telah sangat memasyarakat. Manusia yang baik-baik dengan ciri-ciri rajin beribadah logikanya akan masuk surga, sedangkan yang sebaliknya preman-preman, penjahat yang banyak ada di komunitasnya akan masuk neraka –beberapa malah ada yang masuk penjara lebih dulu- karena tidak pernah beribadah. Namun masalahnya, bagaimana jika mereka bukannya tidak mau beribadah, tapi tidak pernah tahu caranya beribadah, sepertinya.
But at last, aku menjawab pertanyaannya bahwa aku dan kita semua harus percaya pada-Mu, bahwa Engkau memiliki mekanisme perhitungan sendiri, yang tidak sama dengan perhitungan matematika kami di dunia. Bahwa Engkaulah Sang Maha Tahu atas segala-galanya, Engkaulah Sang Maha Memiliki rencana atas setiap detik kehidupan kami. Yang harus kami lakukan hanyalah berusaha melakukan segala sesuatu dengan Bismillah (orientasi hanyalah pada-Mu), belajar tanpa henti, berbuat sebaik-baiknya, tidak menyakiti orang lain, agar kami dapat terus membaca --membaca petunjuk-Mu, membaca alam-Mu, membaca lingkungan sekitar, membaca kehidupan ciptaan-Mu--.
"Jadiiii...surga juga masih terbuka untuk kita kan mba?"
"InsyaAllah masih, kan nothing impossible buat Sang Maha Kuasa, tahu artinya gak? Artinya gak ada yg gak mungkin untuk Allah kalau Dia berkenan.
Kamu percaya gak kalopun seluruh manusia yang pinter2 di dunia saat ini dikumpulin jadi satu, aku yakin kalo itupun belum tentu mampu memahami seluruh maksud-Nya kepada kita di dunia ini, apalagi memahami yang di akhirat nanti, yang mengaku tahu bisa jadi juga cuma ‘merasa tahu’, tapi belum tentu mutlak bener juga kan? Kita berdoa aja semoga Allah memberi rahmat-Nya pada kita semua, karena aku pernah baca manusia yang masuk surga bukan karena ibadahnya namun karena rahmat-Nya"
“Maksudnya? Lah katanya manusia harus beribadah untuk masuk surga?”
“Katanya, karena ibadah manusia gak akan pernah cukup untuk membayar segala kenikmatan kita di dunia. Nikmat penglihatan, pendengaran, merasakan yang enak dan lezat, sampai nikmat mencintai dan dicintai”
“Kok mba tahu, katanya mba juga gak jago mengaji, mba juga bukan manusia yang taat beribadah, keluarga mba juga biasa-biasa aja”
“Lah kamu juga, udah tahu aku gak tahu kenapa tadi nanyanya ama aku? hayoo kenapa?”
“Ya mau nanya sapa lagi mba, mau nanya orang-orang di masjid itu kayaknya terlalu tinggi, takut jawabannya gak enak, kalo nanya sama yang di sini ya sama aja”
“Ya udah kalo gitu percaya aja ama jawabanku he3x. Yang penting kita berusaha, dan sebisa mungkin berubah lebih baik setiap harinya, sekecil apapun perubahan itu, pasti Allah ngeliat usaha kita”
“Tapi mba janji jangan sombong ama kita ya kalo udah kaya nanti”
“Oke. Tapi kamu juga janji gak akan nyopet dompet orang lain lagi, cukup dompetku”
“Yeee itu dah jaman jebot masih diinget juga! katanya udah ikhlas kok masih diinget-inget terus? Hahaha”
-bahagiaku ada pada bahagiamu-
-----------------------------------
Film Sharkwater Extinction
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar