Pukul 8 malam di hari 24 April 2008, aku sampai di pelabuhan Bakauheni. Setiap kali sampai disini aku selalu menikmati pemandangan di luar bis yang sedang antri. Laut yang indah di waktu malam karena cahaya lampu2 pelabuhan seolah kontras dengan kerasnya hidup yang ditunjukkan oleh ’penghuni2’ pelabuhan ini. Pelabuhan yang tidak hanya diisi oleh kaum2 lelaki namun juga ibu2 yang menjajakan pop mie, air minum mineral dan kopi susu hangat satu persatu menyisir bis yang antri masuk ke kapal. Aku membayangkan mungkin salah satu dari ibu yang menjual pop mie ini memiliki 2 anak perempuan dan 1 laki-laki yang sekarang sedang menunggu di rumah. Mereka makan dengan lauk tempe goreng yang dibeli dari hasil keuntungan menjual pop mie yang masih harus dibagi dengan biaya untuk sekolah dan biaya kontrakan. Aku juga membayangkan kenapa si ibu harus sampai berjualan sampai malam2 di pelabuhan, jangan2 suaminya sudah meninggal, atau sedang sakit sehingga tidak bisa bekerja, atau jangan2 suaminya pergi meninggalkan dia dan anak2 untuk bersama wanita lain. Halah...aku malah mikir yang aneh2. Yang pasti, si ibu mencoba mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya, dengan cara yang baik memenuhi kebutuhan orang2 yang ’sedikit lapar’ dan ’ingin menghindari masuk angin’ dengan makan atau minum yang hangat2. Dan aku salah satu yang membutuhkannya.
Mengapa aku memilih 'menikmati' situasi ini, karena saat2 ini selalu mengingatkanku untuk selalu mengucap Alhamdulillah dan Istighfar dalam rangka syukurku atas segala apa yang Tuhan berikan, dan merefresh segenap semangat untuk berbuat lebih baik esok hari dan esoknya lagi!
Film Sharkwater Extinction
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar