“Lumayan” sukses dg satu project mata kuliah tentang sistem perlistrikan di Indonesia dianalisis dr sudut pandang sustainability jd terfikir macem2. Studi yg kami lakukan kemarin ditekankan pada kondisi saat ini dan skenario apa yang bisa dikonstruksi dari kondisi, potensi natural, teknologi yg tersedia dengan melihat semua stakeholder yang dapat diperhitungkan, dan tentu saja kami dibekali dengan beberapa macam tools untuk media analisis. Dari project ini membuatku berfikir lebih lanjut tentang peluang yg bisa dimanfaatkan dari keberadaan mahasiswa yg sedang studi di luar.
Awalnya case yang diberikan utk grup kami adalah kondisi perlistrikan di Eropa secara umum, dan memilih salah satu negara sebagai fokusnya. Namun setelah diskusi lebih lanjut, dosen, asisten dan anggota grup sepakat dengan Indonesia (which is melenceng dr tujuan), karena dosen merasa itu lebih menarik karena bbrp hal di antaranya fakta bahwa “Indonesia sebagai anggota APEC, telah berganti menjadi net importer dan bukan exporter lg”, bagaimana bisa? Dan “bagaimana masih ada 1/3 dari negara yg masih belum terakses listrik sementara kita memiliki potensi energi yang cukup besar?”. Dan akhirnya, jadilah selama 2 bulan grup kami melakukan project ttg Indonesia, dan hasilnya untukku pribadi, at least aku jadi “lebih mengerti” tentang negeriku.
Hal yg terfikir olehku adalah mungkin pemerintah bisa memberdayakan mahasiswa2 yang sedang studi di luar untuk melakukan project2 sebagai studi banding praktis (mungkin bs disebut preliminary study) untuk mengkomparasi sistem di negri kita dan sistem di negara tempat studi. Sebagai contoh, jika ingin mempelajari sistem pertanian di Belanda misalnya, bisa meminta beberapa mahasiswa yang sedang studi di Wageningen (WUR) untuk melakukan studi tentang itu, lengkap dengan konstruksi skenario apa yang bisa atau seharusnya bisa diadopsi untuk dilakukan di Indonesia. Atau tentang sistem manajemen kesehatan, manajemen distribusi obat2an, sistem transportasi, sistem persampahan, pendidikan, pendidikan seks dll. Project bisa dilakukan di sela2 kuliah atau ketika libur atau kapanpun mahasiswa bisa, dan bisa berbagi tugas siapa menganalisis apa. Tentu saja harus ada reward untuk itu, alihkan anggaran dari membiayai studi banding anggota dewan ke gerakan ini. Aku pikir ini akan jauh lebih efektif dibandingkan mengirimkan rombongan anggota dewan utk melakukan studi banding, tp cukup kirim 1 org saja. Dari sisi anggaran dan keefektifan, dan paling penting dapat dipertanggungjawabkan, aku pikir akan jauh lebih bisa dioptimalkan. Ini jika pemerintah mau lebih serius untuk melakukan perubahan. Menggerakkan putra putri bangsa untuk “bringing knowledge & value to Indonesia….” alias untuk nyontek alias untuk sekaligus jadi "mata-mata" di negeri orang ketika menempuh studi...^_^
(sangat menghayalkah aku? mungkin...)
Groningen, 22 Januari 2011.
Film Sharkwater Extinction
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar