Sabtu, September 13, 2008

Catatan lamakoe...

Pemuda itu berkata padaku,"Siapa bilang Tuhan itu adil? Buktinya aku dan banyak orang yang lain ada di sini. Lihat! anak-anak kecil itu, mereka, bandingkan dengan mba, kehidupan mba, dan kehidupan orang-orang yang segolongan dengan mba. Mba bisa makan setiap hari, mba bisa tidur dengan nyenyak di malam hari di atas kasur empuk dan aman di dalam rumah. Mba juga bisa sekolah, mba belajar mengaji, mba bisa jalan-jalan ke mal. Sementara kami di sini? Kami tidak pernah diberi kesempatan memilih, kami tidak ditanya ketika akan lahir ke dunia. Kalau kami ditanya, pasti kami tidak akan pernah mau untuk dilahirkan hanya untuk hidup di sini, dan dari orang tua yang entah kami tidak pernah tahu siapa"
---------------------------

Mba Is namanya, aku berteman dengannya sejak aku kelas 1 SMP, 17 tahun yang lalu. Usianya menjelang 40 tahun, sejak lahir tubuhnya cacat fisik, tangan kiri hanya sebatas siku, tangan kanan sebatas pergelangan tangan, tanpa jari yang sempurna, kaki kanan juga sebatas lutut, dan kaki kiri sebatas pergelangan kaki.

Suatu saat, ketika kami sedang bcanda ria......
"Jika aku meninggal nanti, aku harus masuk surga", dia berkata sambil tertawa
"Kalo tidak mba?", tanyaku nakal
"Oh, kalau enggak aku akan protes. Bagaimana mungkin aku yang terlahir seperti ini, mosok di akhirat masih harus sengsara lagi. Apa kamu gak tahu gimana perasaanku selama ini. Aku sudah rela sejak kecil menjadi bahan tertawaan anak-anak kecil. Apa bisa kamu bayangin, yang ngetawain anak kecil loh. Aku selalu pengen nangis sebenarnya. Tapi aku cuma bisa bersabar. Seumur hidupku aku sabar. Kurang sabar apa lagi aku? Pokoknya awas aja, kalo aku sampe gak masuk surga nanti" lanjutnya sambil tertawa.
Aku menelan ludah. Apakah dia betul tertawa? ...namun aku ikut tertawa kecut.

Aku tidak pernah berani untuk bertanya apakah yang dia berani untuk impikan selain surga? Sejak kecil tidak sekolah, jadi mana mungkin dia memimpikan punya karir bagus dalam pekerjaannya atau memiliki satus sosial yang tinggi di masyarakat. Apakah dia juga pernah jatuh cinta sepertiku? Apakah dia juga pernah bermimpi ingin menikah dengan laki-laki itu suatu saat nanti? Apakah dia juga berani bermimpi melahirkan anak dari rahimnya? Ya Allah, dengan kehidupan seperti itu sejak kecil, apa sebenarnya maksud-Mu untuknya? peran apa yang sebenarnya harus dia mainkan di dunia ini? Atau Engkau melakukan keteledoran ketika menciptakan dia? Lalu apa yang harus dia lakukan untuk kehidupan di sekitarnya saat ini? aku sungguh tidak mampu menebak. Aku hanya tahu keberadaannya adalah ujian bagi kami orang-orang di sekitarnya. Untuk senantiasa melihat kuasa-Mu. Untuk senantiasa merasa malu jika kami mengeluh atas segala kebaikan dan kenikmatan yang Engkau berikan pada kami selama ini. Tapi untuknya? sekali lagi aku belum bisa menebak.

-aku yg malu padamu-


4 komentar:

Anonim mengatakan...

Membacanya menyesakkan, fiuhhh

-dOn-

Arie mengatakan...

Tapi jangan kapok mmbaca yg seperti ini ya mas, masih banyak sekali di sekitar kita:)

salam

Anonim mengatakan...

wdaw,...

mengharu biru bangt buk...
yah, mang kalo qt slalu melihat ke atas qt g kan pernah merasa cukup, qt akan merasa org plig merana di dunia, pdhal qt masih jauh lebih beruntung dr org2 laen yang mgkn t' terlihat oleh qt krn t'kdng qt dbutakan oleh fatamorgana duniawi...

-k12-

Arie mengatakan...

thx udah mampir ya Ki...kpn ya kita ketemuan lg, reunian gitu disurabaya kali yee..:-)