Sabtu, November 08, 2008

Thanks to Preman

Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, hendaknya dengan lisannya; jika tidak mampu, hendaknya dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)

Ketika mengikuti salah satu sesi ESQ Training dan diingatkan lagi pada sabda Nabi di atas, entah kenapa memoriku langsung melayang pada kejadian yg kualami pd Februari 2006. Rekaman kejadiannya masih sangat jelas. Pagi itu aku berada didalam bis antarkota ukuran tanggung dari terminal Rajabasa Bandarlampung menuju ke Bandarjaya Lampung Tengah, untuk menghadiri akad nikah adik sepupuku (almarhumah). Aku bersama kakak, bulek dan ponakan yang semuanya perempuan. Masih di terminal, ada bbrp penumpang yang dinaikkan oleh calo, dengan tujuan ke daerah transmigrasi yang lbh jauh dari tujuanku, sepertinya mereka penumpang transitan dari Jawa dengan penampilan 'tidak tahu medan' sehingga selama ini menjadi sasaran empuk preman2. Setelah bis berjalan 5 menit, satu persatu ada 'pria2 (baca: preman2) yang naik hingga ada sekitar 7 atau 10 orang, aku tidak pasti, yang pasti bis menjadi penuh sekali. Pria2 itu mulai mengerubungi dan 'meminta' macam2 kepada penumpang2 itu. Mereka memaksa. Ponakan yg duduk disebelahku membisikiku, mereka mengancam dengan pisau. Aku langsung menginstruksikan pada ponakan utk pura2 tidak melihat. Aku deg2an, takut sekali saat itu. Aku tahu itu pembajakan, kriminal. Semua penumpang lain terdiam. Sopir diam. Kondektur diam. Semua memilih pura2 tidak tahu, sepertiku. Itu hanya berlangsung sekitar 15 menit, namun rasanya lamaaaa sekali. Setelah mereka turun, terdengar banyak tarikan nafas lega. Pertanyaan empati dan simpati langsung tertuju pada korban2, diakhiri dg kalimat klise andalan, 'Alhamdulillah masih selamat, tidak terluka', meskipun harta yang mereka bawa raib (sepertinya mereka juga tidak memiliki rekening bank sbg alternatif utk menyimpan uangnya, sehingga semua dibawa dalam bentuk cash).
Aku menyarankan utk lapor ke polisi, namun kata sopir & penumpang lain itu akan percuma, ngabisin waktu, itu sering sekali terjadi dan dilaporkan namun besoknya masih terjadi lagi, walaupun sebenarnya pelakunya ya itu2 saja. Pahit. Dalam hati, aku bertekad utk melakukan sesuatu utk hal ini, aku mo kirim sms pengaduan ke Kapolda atau surat pembaca setelah itu. Tapi ternyata aku lupa atau sengaja melupakan kejadian itu, entahlah.

Dan di training ESQ ini, tiba2 aku tersadar betapa naifnya aku selama ini. Giblik. Gimana bisa2nya selama ini aku merasa beriman, yach walopun cuma merasa sedikit lbh beriman dari 'preman2' itu. Aku juga yakin penumpang2 lain yang ada di dalam bis jg merasa telah beriman. Hampir semua bapak2 & ibu2 yang ada di situ, aku lihat menunjukkan beriman kuat Islam. Namun dengan kejadian hari itu, aku semakin sadar kalau imanku masih sangat jauh dari yang semestinya.
Preman2 itu menyadarkanku. Ternyata aku masih 'takut' kepada preman2 itu yg notabene sama2 mahluk-Nya. Aku takut mereka akan beralih mengambil milikku, aku takut dilukai, aku takut mati. Jadi aku memilih diam, kami semua terdiam melihat kemungkaran yg terjadi dekat sekali bahkan di depan mata kami sendiri. Boro2 memilih menggunakan tangan, menggunakan lidah kami utk mencegah kemungkaran terjadi saja kami takut. Kami hanya berteriak teriak di dalam hati. Ternyata, imanku hanya sebatas itu.

ESQ Training Bandar Lampung 2008

Tidak ada komentar: